“Gadis sayang, makan yah. Apa kamu nggak lapar nggak makan dari tadi pagi. Inikan udah jam 12 siang. Buka pintunya dong sayang.”kata Mama Gadis sambil mengetuk-ngetuk pintu.
“Bentar lagi Ma,” kataku.
“Dari tadi kamu bilang bentar terus.”
“Ia. Gadis janji deh Ma.”
“Ya udah, Mama makan siang duluan dulu yah.”
“Iya deh Ma.”jawabku menutup pembicaraan.
Ya, inilah aku, Gadis Putri Anggara yang dulunya periang sedangkan sekarang?oh God. Sangat berbeda kata Mamaku. Ya kejadian itulah membuatku seperti ini. Kejadian 2 bulan lalu itu masih sangat segar di hati dan dipikiranku. Aku masih merasa bersalah sampai sekarang. Dan perasaan bersalah itu terus menghantuiku. Semenjak itu pula tak ada yang dapat menggantikannya di hatiku. Dia terlalu spesial. Tapi, ada satu hal yang yang membuat hati ini perih. Hingga, di hati ini terbentuk sebuah luka menganga. Luka yang diakibatkan oleh cinta yang hilang. Cinta yang mengukir kenangan. Tapi, cinta itu adalah suatu yang indah.
Awalnya ketika aku menyambut pagi datang. Mana kala pukul waktu itu masih menunjukkan pukul setengah 6. Hari ini juga adalah hari Minggu. Jadi, aku libur. Hmm, ada hal yang kurasakan beda pada waktu itu. Mungkin, aku tidak ada gairah untuk menjalani pagi ini. Hal-hal yang biasa ku lakukan terasa berat memikul diriku. Aku memutuskan untuk mengelilingi taman kompleks saja. Daripada, aku termenung tanpa satu artipun disini. Kadang aku bertanya, mengapa Tuhan merencanakan semua kejadian ini. Mengapa aku yang mendapatkannya, mengapa bukan orang lain saja. Jujur, aku tak bisa terus seperti ini. Namun, aku harus menerimanya.
Tapi untunglah aku mempunyai sahabat. Sahabat yang selalu hadir di saat suka dan duka. Yah, walaupun mereka kadang jail. Bayangkan saja mereka biasa buang angin di depanku, dan banyak hal lainnya. Tapi, itulah yang aku suka dari mereka. Ya, mereka menerimaku apa adanya. Begitu pula dengan keluargaku. Akan tetapi, aku lebih dekat dengan kedua sahabatku itu. Oh, ya, aku juga menerima mereka dengan diri mereka sendiri. Tanpa perlu menjadi orang lain. Aku tau semua manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Merka adalah Dinda dan Rayhan.
Ah sudalah. Akhirnya akupun keluar rumah. Aku mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Kaos putih, celana hitam, sepatu putih dan handuk yang setia menghapuskan keringat. Tapi, aku lebih biasa menggunakannya untuk menghapus air mata ini. Aku memang cewek tomboy yang cengeng dengan muka pas-pasan.
“Gadis, mau ke mana sayang?” Tanya Mama
“Hmm, mau keliling taman kompleks, Ma.”
“Hati-hati ya sayang.”
“Ia Ma. Gadis pamit dulu. Assalamualikum.”
“Waalaikumsalam.”
Akhirnya, akupun berangkat. Jaraknya tidak begitu jauh. Bagiku, semua terasa indah, daripada di kamar. Tapi, tiba-tiba, brruuukk!!! Aku merasa di tabrak dan menabrak seseorang. Tapi, ada yang menahanku agar tidak terjatuh. Ya, orang yang menabrakku. Pelan-pelan aku membuka mataku. Ya Allah, binar pada matanya itu membuatku terpana. Untunglah, aku cepat menyadarinya. Cepat-cepat aku berdiri.
“Kamu nggak apa-apa kan?” tanya cowok tersebut.
“Oh..eh..oh.. ngg..nggak apa-apa kok.” Jawabku gugup.
“Oh iya. Maaf yah.”
“Ehm. Ia. Lagian aku nggak apa-apa.”
“Ini nomorku. Hubungi aku kalau da yang luka.”
“Ya elah, di bilangin nggak ada yang luka kok.” Jawabku menahan malu. Padahal, aku memang pengen sih nomor handphone dia.
“Ambil aja, dah.” Jawabnya singkat lalu pergi.
Oh God, aku lupa nanyain nama dia.
“Aku sms dia bentar aja ah. Sekalian kenalan.” Kataku sambil memasukkan kertas yang di berikan cowok ganteng tadi ke kantongku.
“Hai Dis.”kata Rayhan sambil menepuk pundakku. Jelas saja aku kaget.
“Hai Ray. Kok kamu tau aku ada di sini?”
“Tadi aku nyari kamu ke rumah kamu, tapi, kata Mama kamu, kamu lagi di taman. Ya udah aku ke taman.”
“Haha. Oia, tau nggak, tadi aku ketemu cowok cakkeeppp banget!”
“Ngg,, secakep gimana sih?”
“Cakepnya itu kayak Justin Bieber tau gak!”
“Cakepan mana, dia atau aku?”
“Ya dialah. Masa kamu.”
“Kali aja. Kamu suka yah ama dia, cinta juga?”
“Yaiyalah jatuh cinta aku ama dia.”
Wajah Rayhan langsung tertekuk.
“Wah. Muka kamu kok kusut gitu. Belum di setrika yahh?” tanya Gadis.
“Ah. Kusut apanya. Gak liat muka aku masih cakep kayak Joe Jonas. Ituloh pacarnya Demi Lovato.”
“A? Sejak kapan loe mirip ama Joe Jonas? Mimpi kali loe.” Kata Gadis mulai keluar logat Jakartanya.
“Ya udah lama tau’.”
“Haha. Bisa aja loe.”
“Eh, laper nggakk?”
“Laper banget malah.”
“Ya udah. Kita makan bubur ayam yuk. Aku yang traktir deh.” Kata Rayhan
“Wah. Gue mau.”
***
“Gimana Dis, seru jalan-jalannya?” tanya Mama Gadis ketika Gadis baru nyampe rumah.
“Seru banget malah Ma.”
“Oh ya? Tadi Rayhan datang nyariin kamu tuh.”
“Ia Ma. Tadi udah ketemu kok.”
“Baguslah.”
“Gadis mandi dulu yah Ma.”
“Ia.”
***
Ku tepuk dahiku. Oh my God. Aku ketiduran. Gila banget udah jam 9 malam. Aku baru ingat, aku tadi nonton bola, dan aku ketiduran. Ckck.
“Oh ya. Cowok cakep di taman tadi sedang apa ya? Aku ingin berkenalan dengannya. Tapi mungkin dia sudah tidur. Hmm, gila. Dia cowok cakep ke dua yang pernah gue liat. Yang pertama itu, hm, Rayhan. Iya. Rayhan itu orangnya tinggi, manis, dan lain-lain. Ya Aku ngaku deh kalau aku pernah naksir ama dia. Tapi, sekarang udah nggak. Soalnya aku dengar Rayhan naksir ama Dinda. Jadi sedih deh L hm, apa salahnya mencoba. Kalu aku sms si cowok cakep itu?” kataku bercakap sendiri J
Segera aku mengambil handphoneku yang sedari tadi pagi aku tak pedulikan. Lalu ku koreh kantong celanaku untuk mengambil kertas nomor cowok yang tadi.
“Oh God, kok nggak ada? Padahal aku yakin banget. Aku nyimpannya di sini. Kok bisa hilang sih?”
Yah. Kertasnya hilang L
***
“Dis, nih punya kamu.” Kata Rayhan
“Oh Rayhan Thank you very much.”
“Sama-sama. Itu emangnya kertas apaan sih?”
“Itu kertas nomor cowok cakep yang di taman kemarin. Aku udah capek-capek nyari tau nggak. Kamu dapatnya di mana?”
“Kemarin. Waktu kamu pulang aku liat kertas ini jatuh dari kantong kamu. Yah, aku kasih kamu aja di sekolah.” Kata Rayhan lesu
“Haha. Makasih yah.”
“Sama-sama.” Jawab Rayhan pelan
“Kok nggak semangat gitu?”
“A? Nggak kok. Siapa bilang aku nggak semangat. Yuk masuk kelas, lagian udah bel tau’.” Kata Rayhan sambil merangkul pundakku
“Yuk.”
***
“Eh, Din, tau nggak, kemarin aku ketemu cowok cakkeeeppppp banget.” Kataku ke Dinda
“Cakeepp gimana sih?”
“Kayak Justin Bieber gitu.”
“Pacarku juga mirip-mirip dikit ama JB.”
“Ahhh. Tapi, sumpah gila. Cakkeeppp banget. Eh, loe udah punya pacar?”
“Ia dong.”
“Kapan jadiannya loe?”
“Kemarin. Haha.”
“Namanya siapa? Sekolah di mana? Kelas?”
“Namanya, nanti gue tanya loe. Sekolah di SMA Bumi Putra. Dia kelas 3 SMA. Yah beda satu tahun lah ama kita.”
“Kalau gitu, selamat yah. Pajak jadiannya mana?”
“Thanks. Ya udah deh. Tapi ajak Rayhan juga. Rayhan mana yah? Dari tadi nggak keliatan. Jangan-jangan dia di taman lagi. Yuk kita susul dia.”
“Ayoo. Ngapain lagi tuh anak sendirian. Kan ada kita.”
***
“Ray, loe kenapa?” kataku melihat Rayhan yang Hampir aja nyilet tangannya sendiri.
“Biarin aja gue mati.”
“Loe kenapa sih kayak gini? Kalau loe ada masalah cerita dong. Kita kan sahabat loe.” Tanya Dinda yang sedari tadi cuman nganga karena kaget liat kenekatan Rayhan.
“Ia. Loe kenapa sih? Ada masalah apa loe? Setau gue ama Dinda loe nggak pernah punya masalah deh.”
“Siapa bilang gue nggak pernah punya masalah. Kalian nggak ngerti perasaan gue. Gue lagi patah hati tau.”
“Lagi pula, siapa sih yang tega nyakitin perasaan sahabat gue. Biar gu bejek-bejek tuh orang.” Kataku
“Gak perlu, Dis. Tau nggak gue cinta ama dia udah 2 tahun yang lalu. Tapi dia nggak pernah ngerti apa arti perbuatan gue ke dia.”
“Emang, siapa sih?” tanya Dinda
“Nanti kalian bakalan tau.”
“Ya udah, loe sabar aja yah.” Kataku lagi
***
“Ma, aku pulang.” Kataku
“Eh, non Gadis, udah pulang atuh.” Kata bi’ Mayem
“Eh, Bi’ Mayem. Ia bi’ udah pulang. Mama ke mana bi’?”
“Mama lagi ke supermarket, Non”
“Kalau gitu, gadis ke atas dulu yah Bi’.”
“Ia, Non.”
***
“Oh, iya, aku ingat, tadi Rayhan ngasih kertas nomor cowok cakep itu ke aku!
Ku koreh lagi seragam SMU ku. Ini dia, dapat. 08123456789 itu nomornya. Segera saja aku menekannya dengan lancar di tombol handphoneku.
“Kira-kira apa yang bagus untuk aku katakan. Hai , jelek, hai boleh kenalan ngak? Manja banget. Hai aku cewek yang pernah kamu tabrak di taman. Masih ingat kan? Yup. Cocok dah.
To : 08123456789
Hai, aku cewek yang pernah kamu tabrak di taman. Masih ingat kan?
Akhirnya. Tinggal tunggu balasannya.
15 menit berlalu.
“Gila lama banget. Kering gue nungguinnya.”
Dreett. Dreeet. Drreeett
Segera ku lihat handphoneku. Ternyata betul itu balasannya.
From : 08123456789
Ia dong. Gue kan belum tua. Hm, waktu itu kita belum sempat kenalan. Nama gue Kevin. Kalau kamu?
To : 08123456789
Hai Kevin. Aku Gadis. Salam kenal ya.
Segera ku save nomornya dengan nama kontak KevinCakep J
“Gila norak banget kontaknya. Tapi, ngak apalah. Toh dia emang cakep.” Kataku sambil nyengir sendiri
Smsan terus berlangsung. Nggak terasa kalau udah malam.
From : 0812345789
Dis, mau nggak, malam minggu nanti jalan bareng gue?
“Yaiyalah mau gue. Siapa sih yang nggak mau. Kevin udah cakep gitu.”
Akhirnya aku terima ajakan Kevin. Smsan juga udah berakhir. Karena gue udah ngantuk banget. Oia, katanya Kevin tuh sekolahnya di SMA Bumi Putra. Kelas 3 SMA. Jadi beda satu tahunanlah. Hm, itu juga sekolah pacarnya Dinda kan?
***
Hari yang di janjikan itupun tiba juga. Sebelum hari itu, aku masih sering smsan dengan Kevin. Bermacam-macam topik kami bahas. Atau kami saling curhat. Kevin juga sering cerita tentang keluarganya. Dan ... piiippp...
Oh yah. Itu pasti Kevin. Aku pun segera menuruni anak tangga yang panjangnya minta ampun. Hari ini, pakaian yang aku kenakan cukup feminin. Rambut panjangku aku urai dengan rapi di tambah bandana kecil. Sedikit pelembab bibir, sedikit eye shadow, dan blash on. Kelihatannya aku cantik juga kalau gini.
“Gadis, kamu mau kemana nak?”
“Mau jalan sama temen ma.”
“Cowok yah?”
“Ia, Ma.”
“Kalau gitu hati-hati yah nak.”
“Ok deh ma. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
***
Tak terasa kamipun sampai di sebuah restoran. Aku memesan stick, salad, dan jus jeruk. Kalau Kevin, yah sama denganku. Tak usah heran, kami memang mempunyai makanan favorit yang sama.
“Gimana, makanannya enak nggak?”
“Lumayan.” Kataku sambil tersenyum manis.
Butuh waktu yang lama untuk aku menghabiskan makanan ini. Aku memang paling lambat kalau soal makan. Aku memang tidak doyan makan. Makanya, tubuhku ceking kayak gini. Tapi, aku paling suka minum susu. Makanya, aku tinggi. Tinggi sih tinggi, tapi sayang agak ceking dikit.
***
“Dis,”
“Ia. Kenapa Vin?”
“Aku mau ngomong sesuatu ama loe.”
“Ya udah. Ngomong aja.”
“Gini Dis, Gadis mau nggak jadi cewek gue?”
“Hmm, gimana yah Vin. Hmm. Sorry aku nggak bisa.”
bersambung :) wait for the hilang dan kembali 2
